Antisipasi Varian Baru Covid-19 Dengan Patuh Prokes

Antisipasi Varian Baru Covid-19 Dengan Patuh Prokes

Oleh : Raditya Mahardika Arkana )*

Munculnya varian baru Covid-19 menjadi perhatian dunia internasional. Sejumlah negara termasuk Indonesia berusaha membuat langkah antisipasi menghadapi varian baru Covid-19 itu. Masyarakat dihimbau tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) dan menyegerakan vaksinasi guna mencegah terjadinya penularan virus Covid-19. Hal tersebut juga merupakan cara dalam meminimalisir penyebaran varian baru Covid-19 di lingkungan masyarakat.

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro meminta seluruh masyarakat untuk memperketat prokes karena kasus positif Covid-19 di sejumlah negara didunia kembali menunjukkan tren kenaikan. Salah satu penyebabnya adalah adanya varian baru yang tengah merebak dan ditemukan di banyak negara, yakni varian XBB yang merupakan sub-varian Omicron baru, strain BA.2.10 yang pertama kali muncul di India pada Agustus 2022.

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid -19, dr. Reisa mengingatkan bahwa kewaspadaan melalui prokes juga harus lebih diperketat, karena XBB sudah masuk ke Indonesia dan menyebabkan lonjakan kasus di sejumlah negara tetangga seperti Singapura, sehingga cukup membuktikan jika COVID-19 masih menjadi ancaman bagi Indonesia.

Selain menerapkan prokes berupa 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan ditambah dengan melengkapi dosis vaksin COVID-19, dr. Reisa mengatakan masyarakat seharusnya sudah mampu menilai tinggi rendahnya risiko penularan di sekitar lingkungannya.

Meski sudah hampir tiga tahun pandemi COVID-19 terjadi dan memberikan pembatasan pada setiap gerak manusia, masyarakat sudah dapat menilai tingginya risiko penularan melalui situasi di sekelilingnya. Misalnya, berada dalam kerumunan padat yang mengharuskan semua orang untuk tidak melepas masker.

dr. Reisa menegaskan pelonggaran kebijakan pemerintah yang dapat mengundang banyak kerumunan di satu tempat diharapkan tidak dijadikan alasan oleh masyarakat untuk menganggap remeh Covid-19 yang berdampak pada potensi ledakan kasus positif seperti yang terjadi di banyak negara saat ini.

dr. Reisa menambahkan meski mutasi virus merupakan hal yang wajar terjadi secara alamiah dan potensi penularan yang membahayakan tetap dapat terjadi sewaktu-waktu, maka tidak ada waktu lagi untuk mengabaikannya.

Sejalan dengan dr. Reisa, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Erlina Burhan mengatakan penyebaran varian baru Covid-19 seperti Omicron, XBB, dan XBC dapat dicegah dengan terus menaati prokes. Prokes yang dapat diterapkan diantaranya dengan mendapatkan vaksin sesuai anjuran pemerintah, memakai masker yang tepat yakni tidak terlalu longgar di wajah, membersihkan tangan dengan hand sanitizer atau air dan sabun, menutup mulut dan hidung dengan siku atau tisu saat batuk, serta melakukan isolasi mandiri jika hasil pemeriksaan Covid-19 positif atau bergejala.

Terkait vaksin, dr. Erlina mengatakan pengembangan vaksin bivalen dapat dipertimbangkan, mengingat rekombinasi varian Covid-19 dan XBC merupakan rekombinasi Delta dan Omicron BA.2.

Lebih lanjut, dr. Erlina juga menjelaskan beberapa gejala dan derajat keparahan gejala dari varian XBB dan XBC yang menyebar di sejumlah negara termasuk Australia, Singapura, Inggris, hingga Filipina. Gejala XBB dan XBC mirip gejala Covid-19 secara umum, seperti demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pilek, mual dan muntah, dan diare. Ia menambahkan meskipun belum ada laporan bukti ilmiah resmi, mengingat XBC merupakan kombinasi varian Delta dimana gejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas varian delta mungkin dapat terjadi namun tidak akan menimbulkan gejala yang lebih berat.

Adapun PB IDI memberikan sejumlah rekomendasi untuk berbagai pihak terkait dalam pencegahan COVID-19 lebih lanjut. Untuk pemerintah, PB IDI mengatakan penting untuk mengantisipasi tendensi kenaikan kasus terutama menjelang libur Natal dan tahun baru. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan vaksinasi booster, memperbaiki distribusi atau logistik untuk obat dan vaksin, dan menggalakkan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sementara untuk masyarakat, PB IDI mempersilahkan untuk beraktivitas namun dengan menjaga protokol kesehatan dan segera menjalani vaksinasi booster dan melakukan PHBS dalam keseharian. Selanjutnya, bila bergejala, periksakan diri agar diketahui status penyakit sehingga dapat menentukan sikap untuk saling melindungi satu sama lain. dr. Erlina mengingatkan masyarakat dengan komorbid khususnya agar berhati hati terutama bila berinteraksi dengan banyak orang di keramaian.

Lebih lanjut, untuk tenaga kesehatan, PB IDI merekomendasikan untuk terus melakukan edukasi tentang pencegahan Covid-19 kepada masyarakat serta menjaga kesehatan pribadi agar tidak terinfeksi Covid-19 agar tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal.

Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menggelar vaksinasi Covid-19 pada akhir tahun ini. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kantor Presiden. Ia menyampaikan rencana pemerintah akan menggelar kembali vaksinasi di akhir tahun terutama bagi golongan yang memiliki imunitas rendah.

Budi menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan vaksinasi tersebut, Kemenkes akan melakukan sero survei terlebih dahulu. Tujuannya untuk melihat kembali daerah mana yang memilki masyarakat dengan kadar imunitasnya sudah mulai menurun. Selain itu, sero survei juga bertujuan mencari tahu individu golongan mana saja yang kadar imunitasnya sudah turun.

Budi menegaskan program vaksinasi ini oleh Kemenkes diistilahkan sebagai vaksinasi Covid-19 untuk meningkatkan imunitas populasi dalam menghadapi potensi gelombang berikutnya. Kebijakan vaksinasi kembali ini dipilih karena hasil riset sudah menunjukkan penyebab penularan Covid-19 di Indonesia saat ini cukup landai.

 

 

)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute