Pembangunan IKN Nusantara Melestarikan Kearifan Lokal
Pembangunan IKN Nusantara Melestarikan Kearifan Lokal
Oleh : Ivanna Mataya Gaddi *)
Pemerintah Indonesia berupaya melakukan pembangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan tetap melestarikan kearifan lokal melalui pembangunan Dayak Center di IKN Nusantara. Fasilitas ini merupakan permintaan dari masyarakat adat suku Dayak, yang disampaikan langsung kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Jokowi dalam acara Bahaupm Bide Bahana, di Pontianak, Kalimantan Barat, menyampaikan akan segera menentukan lokasi untuk pembangunan Dayak Center di IKN Nusantara, Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan selain atas permintaan Suku Dayak, sekaligus ungkapan terima kasih Presiden Jokowi kepada suku yang mendiami daerah tersebut karena telah mendukung penuh pembangunan IKN Nusantara.
Diketahui bahwa Bahaupm Bide Bahana merupakan acara adat tahunan yang mempertemukan masyarakat dan raja. Acara ini diisi oleh rangkaian ritual adat sebagai bentuk rasa syukur, meminta keselamatan, dan menjauhkan dari bencana.
Acara ini digelar oleh Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) dan diselenggarakan pada 29 November 2022 di Pontianak, Kalimantan Barat. TBBR adalah salah satu organisasi masyarakat suku Dayak yang fokus pada pelestarian budaya dan sebagai benteng pertahanan terakhir adat setempat.
Pada pembukaan acara tersebut, Presiden Jokowi meminta restu kepada masyarakat suku Dayak untuk membangun IKN Nusantara. Presiden Jokowi berbicara langsung dengan pimpinan dan masyarakat suku Dayak untuk berterima kasih atas respons positif yang diberikan masyarakat suku Dayak dan menilai dukungan tersebut sangat berarti bagi kelancaran pembangunan IKN Nusantara.
Presiden Jokowi juga mengapresiasi antusiasme masyarakat suku Dayak yang hadir dan menurutnya, sebagian orang yang hadir berasal dari berbagai penjuru Kalimantan.
Disisi lain, tak hanya Dayak Center, masyarakat adat suku Dayak juga meminta kuota khusus pendidikan di Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Permintaan diajukan oleh Pengalangok Jilah atau Panglima Besar Pasukan Merah TBBR, Agustinus. Agustinus meminta adanya kuota khusus bagi anak-anak Dayak agar dapat masuk pendidikan di TNI dan Polri dengan mudah dimana permintaan tersebut telah disampaikan kepada Kepala Polri dan Panglima TNI oleh Presiden Jokowi. Hal tersebut merupakan upaya untuk tetap mengakomodasi peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal.
Pengamat Kebijakan Publik, Sugiyanto mengapresiasi langkah Presiden Jokowi yang melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan IKN Nusantara. Ia mengatakan bahwa dalam pembangunan IKN Nusantara selain harus berdasarkan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, Undang-Undang lainnya yang berlaku di masyarakat lokal juga penting untuk dilibatkan seperti kearifan lokal dan adat istiadat setempat dimana hal tersebut merupakan yang utama.
Menurut Sugiyanto, dengan Kawasan IKN Nusantara yang luas itu, pemerintah dapat memasukkan kepentingan budaya lokal atau kearifan lokal salah satunya seperti pembangunan Dayak Center. Pembangunan IKN Nusantara, menurut Sugiyanto, tetap harus memperhatikan keinginan masyarakat setempat lalu mengakomodir dalam sebuah pembangunan yang terintegrasi.
Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Lasarus saat menjadi pemateri seminar bertajuk ‘Tujuh Falsafah Sebagai Ideologi Dayak’ sebagai rangkaian kegiatan Pekan Gawai Dayak Kalbar di Kalimantan Barat menyebut bahwa kehadiran IKN Nusantara merupakan peluang yang harus dimanfaatkan salah satunya untuk menampilkan identitas penduduk asli Kalimantan.
Lasarus menambahkan bahwa dengan hadirnya Dayak Center di IKN Nusantara merupakan upaya mengenalkan budaya suku Dayak ke nusantara dan mancanegara. Lasarus optimis dengan upaya ini, Dayak akan semakin dikenal oleh masyarakat luas termasuk para turis asing. Menurutnya, pada Dayak Center nantinya dapat disiapkan sejumlah oleh-oleh yang dapat menjadi buah tangan bagi para pendatang.
Perlu diketahui bahwa suku Dayak adalah salah satu suku yang ada di Pulau Kalimantan dan merupakan masyarakat adat yang mendiami pulau tersebut sejak zaman dahulu. Seorang tokoh Dayak, Kayan pernah menjelaskan bahwa suku Dayak merupakan ras Indo-Cina yang bermigrasi ke Indonesia pada abad ke-11.
Suku Dayak memiliki 268 sub suku yang terbagi dalam 6 rumpun, yaitu Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumpun Ot Danum. Setiap sub suku dan kelompok suku Dayak memiliki adat, budaya dan tradisi yang hampir sama. Persebaran suku Dayak di pulau Kalimantan juga tidak hanya terdapat di wilayah Indonesia, tetapi juga di negara tetangga yaitu di Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Ciri khas suku Dayak dapat terlihat dari hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Bentuk budaya tersebut meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa, kepercayaan, dan tradisi. Rumah adat suku Dayak ini berbentuk rumah panggung dari kayu yang disebut Rumah Betang. Pakaian adat suku Dayak untuk laki-laki disebut King Baba, sedangkan untuk perempuan disebut King Bibinge. Ada juga senjata khas yang sering digunakan dalam tradisi Dayak yaitu Mandau.
Disamping itu, suku Dayak berkomunikasi dalam berbagai bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Suku Dayak memiliki kepercayaan yang disebut Kaharingan. Meski begitu, kini banyak orang Dayak yang memeluk agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
*) Penulis merupakan Analis Pada Lembaga Kajian Nusantara