Masyarakat Berperan Besar Ciptakan Pemilu Damai
Oleh : Janu Farid Kesar )*
Pemilihan umum (pemilu) akan diselenggarakan tahun 2024 tetapi wajib disiapkan dari sekarang agar nantinya berjalan dengan baik. Masyarakat berperan besar untuk menciptakan pemilu damai dan mendukung pemerintah, KPU, dan segenap pihak lain. Perdamaian harus dijaga agar pemilu berlangsung dengan lancar tanpa ada kerusuhan, bahkan pertumpahan darah.
Pemilu adalah gelaran akbar yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi para WNI dibebaskan untuk memilih calon presidennya sendiri, bukan seperti dulu yang memilih partai dan calonnya itu-itu saja. Pemilu menjadi ajang yang mendebarkan karena hasilnya bisa saja di luar prediksi.
Meski belum tampak calon-calon presidennya siapa saja tetapi pemilu harus disiapkan agar tidak ada kesalahan maupun kecurangan dalam prosesinya. Perdamaian juga harus dijaga karena masa kampanye para capres (calon presiden) bisa meningkatkan emosi dan membuat situasi makin panas. Oleh karena itu masyarakat harus ingat agar pemilu dan pra pemilu dijalankan secara damai.
Politisi Surya Paloh menyatakan bahwa seluruh elemen masyarakat wajib mengawal pemilu dan menjaga perdamaiannya. Ajang ini butuh perhatian semua pihak. Masyarakat selain menjaga perdamaian harus antusias dan partisipatif pada pemilu 2024. Jangan masa bodoh dan golput (golongan putih) alias tidak menggunakan haknya dalam memilih calon presiden dan calon legislatif.
Surya Paloh melanjutkan, masyarakat, tokoh agama, dan elite politik wajib berperan agar tidak ada residu pemilu yang menimbulkan permusuhan dan kebencian, sehingga merugikan negara. Jika elite politik berdamai dan saling silaturahmi maka akan diikuti oleh masyarakat.
Dalam artian, masyarakat mampu berperan besar untuk menciptakan pemilu yang damai. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin dan calon legislasi baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau capres tertentu.
Jika berkaca dari pemilu tahun 2014 dan 2019 maka permusuhan terjadi di dunia maya dan situasi sangat panas sampai ada julukan buruk dari masing-masing kubu pendukung capres kala itu. Jangan sampai hal ini terulang karena seharusnya masyarakat sudah dewasa dan meninggalkan permusuhan. Pemilu harus jurdil (jujur dan adil) serta menegakkan perdamaian di Indonesia.
Permusuhan wajib dihapuskan karena bisa dimanfaatkan oleh provokator maupun oknum yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan sampai ada kekacauan sosial gara-gara ulah mereka. Oleh karena itu masyarakat wajib berperan besar untuk menciptakan pemilu damai, agar tidak ada kerusuhan yang berujung pada tawuran dan bisa memakan korban.
Dalam mensukseskan pemilu 2024 memang diperlukan komitmen berbagai pihak karena KPU tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan dari masyarakat, kementrian dan aparat keamanan agar pemilu berjalan dengan lancar dan damai. Jika pemilu lancar maka akan menguntungkan karena tidak ada drama kecurangan atau bahkan tragedi memilukan yang mengiringi prosesi pemilu 2024.
Sementara itu, politisi Nurdin Halid menyatakan bahwa tidak ada satu elite politik pun yang memiliki pemikiran untuk tidak menciptakan pemilu yang damai dan bermartabat. Kebersamaan dan komunikasi antar politisi sangat penting.
Dalam artian, para politisi juga bertekad untuk mewujudkan pemilu yang damai karena mereka ingin menjaga Indonesia dari resiko kerusuhan pasca pemilu. Pemilu adalah gelaran besar dan wajib dijaga keamanan dan perdamaiannya, dan pemilu akan menentukan masa depan bangsa. Perdamaian wajib dijaga baik oleh politisi maupun elemen lain.
Masyarakat akan mengikuti jejak para politisi untuk menjaga perdamaian pemilu. Caranya dengan menjaga diri, baik di dunia nyata maupun dunia maya, dan tidak membuat status yang mencurigakan atau menyerang pihak lain. Jangan sampai media sosial jadi panas saat dan setelah pemilu gara-gara fanatisme yang berlebihan terhadap satu capres atau calon legislatif tertentu.
Fanatisme yang berlebihan memunculkan cinta buta dan hal ini tidak baik serta tidak sehat bagi kondisi psikis masyarakat, baik pendukung capres maupun yang bukan pendukungnya. Memiliki rasa cinta boleh saja tetapi jangan keterlaluan sampai menuduh capres lain berbuat buruk atau mengorek kesalahan-kesalahannya. Masyarakat perlu diingatkan untuk menjaga perdamaian, bukannya mengobarkan permusuhan.
Masyarakat wajib diingatkan untuk menjaga perdamaian sebelum dan sesudah pemilu, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jangan mentang-mentang ‘hanya’ dunia maya lalu ada yang memaki-maki capres lain seenaknya sendiri. Penyebabnya karena ia bisa kena UU ITE gara-gara statusnya di media sosial dan dicap provokator oleh netizen lain.
Pemilu harus jujur dan adil serta dijaga perdamaiannya. Masyarakat diminta untuk tetap damai dan meminimalisir konflik, meski mendukung capres atau partai politik yang berbeda. Perdamaian harus ditegakkan karena jika tidak akan memunculkan permusuhan dan efeknya negatif. Bisa terjadi kerusuhan besar dan memakan banyak korban jika semua orang lalai untuk menjaga perdamaian sebelum dan semasa pemilu.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara