Aksi Keji KST Papua Gunakan Masyarakat Sebagai Tameng

Jayapura – Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua kerap menggunakan segala cara untuk meloloskan diri setelah mereka berhasil membuat keonaran ataupun keributan. Bahkan KST juga menggunakan masyarakat sebagai tameng untuk melindungi mereka yang hendak menghindar dari kejaran aparat keamanan.

Mayor Jenderal TNI Muhammad Saleh Mustafa, selaku Panglima Kodam XVII Cenderawasih secara tegas mengatakan kepada anggota KST untuk tidak menjadikan masyarakat sebagai tameng untuk meloloskan diri dari kejaran aparat. Saleh mengatakan bahwa TNI akan terus memburu KKB dan pasti akan menangkap mereka.

Dirinya mengakui bahwa saat ini aparat TNI-Polri tengah megejar mereka di Kabupaten Pegunungan Bintang secara terukur, sehingga bisa dipastikan tidak menyasar ke warga. Masyarakat juga telah diingatkan untuk tidak bergabung sekaligus menjauh dari gerombolan pengacau itu serta tidak mengizinkan tempatnya dijadikan sebagai kamp persembunyian mereka.

Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri mengatakan pihaknya telah membentuk tim untuk memburu KST yang berulah di Kabupaten Pegunungan Bintang. Tim tersebut berisi personel Satgas Damai Cartenz dan Brimob Polda Papua.

Mathius juga mengakui bahwa KST telah melakukan aksi teror pada Desember 2022 hingga awal 2023. Aksi teror yang dilancarkan KST berupa penembakan dan pembakaran fasilitas pemerintah. Pihaknya juga akan melakukan penindakan hukum secara tegas dan juga terukur.

Wakil Kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Arif Irawan menyatakan pihaknya tengah menjadikan atensi terhadap rangkaian serangan KST pada Desember 2022. Terlebih, mereka telah nekat melakukan serangan di Kepulauan Yapen yang sebelumnya tidak pernah ada penembakan sama sekali. Saat ini Satgas Damai Cartenz menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, mulai dari lingkungan terkecil.

Sementara itu, Kepala Polres Pegunungan Bintang, AKBP Muhammad Davi Bustomi mengakui, bahwa situasi kamtibmas di Kabupaten Pegunungan Bintang berangsur-angsur kondusif. Masyarakat diharapkan dapat tetap beraktivitas secara wajar dalam sehari-harinya karena TNI-Polri akan terus bersiaga.

Pada kesempatan berbeda, anggota DPD RI dari Papua, Yorrys Raweyai meminta pemerintah untuk memberangus KST hingga ke akar-akarnya. Dalam artian, KST wajib diberangus karena dinilai merugikan masyarakat Papua hingga membuat mereka terancam, tentu saja keberadaan teror terus-menerus tersebut dapat merusak mental masyarakat.

Tentara Pembebasan Negara Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) menjadikan masyarakat sebagai tameng hidup dan penguasaan medan karena tanah Papua merupakan tanah kelahiran mereka. Hal ini cukup menyulitkan bagi TNI-Polri untuk melakukan tindakan kepada KST, karena aparat TNI-Polri tidak menginginkan adanya korban dari masyarakat.

Jejak kriminal KST sepertinya memang tidak bisa dimaafkan, apalagi mereka sering mengatasnamakan rakyat untuk memberikan serangan kepada aparat TNI-Polri. Padahal sebenarnya mereka sedang memprovokasi masyarakat untuk dapat berpisah dari Indonesia.

KST sendiri telah memiliki rekam jejak dalam membuat kerusuhan, tidak hanya warga sipil yang menjadi korban, melainkan aparat TNI-Polri juga menjadi korban akibat aksi teror KST. Mereka juga sering bermain playing victim dengan menyuarakan narasi Hak Asasi agar negara di luar Indonesia bersimpati terhadap upaya KST melepaskan Papua dari Indonesia.

KST memang tidak henti-hentinya menyuarakan narasi untuk berpisah dari NKRI, kelompok tersebut juga menghalalkan segala cara seperti membuat kerusuhan, membakar fasilitas umum hingga melakukan penyerangan kepada aparat keamanan.

Anggota KST selalu melemparkan tuduhan mata-mata untuk menyerang warga sipil. Mereka juga pernah melakukan penembakan terhadap tukang ojek karena dicurigai sebagai intel Polisi. Namun tuduhan-tuduhan tersebut tidak bisa dibuktikan karena pihak kepolisian menyangkalnya. Mereka juga menembak orang lain secara sembarangan, padahal statusnya sama-sama orang Papua.

Aksi brutal dari KST telah membuat rakyat Papua menjadi semakin sengsara, hal ini disebabkan karena serangan dari KST makin membuat aktivitas masyarakat terhenti. Hal ini menunjukkan bahwa aksi teror di Papua dapat menghentikan aktifitas masyarakat seperti jual beli.

Memburu KST merupakan tantangan tersendiri bagi aparat, apalagi mereka memiliki banyak markas tersembunyi di pelosok Papua dan mereka juga menjadikan warga sebagai tameng hidup untuk melindungi diri. Meski demikian Aparat tidak akan letih untuk meringkus KST agar mereka tidak merusak kedamaian di Papua.

KST Papua telah meninggalkan banyak jejak luka bagi masyarakat Papua, mereka rela merusak fasilitas umum, bahkan membunuh sesama warga Papua. Tentu saja aksi keji tersebut perlu mendapatkan tindakan tegas dari aparat TNI-Polri. Jika ada anggota KST yang tertangkap, maka wajib mendapatkan hukuman berat sebagai efek jera.