Pemerintah Antisipasi Kenaikan Omicron BN.1 Jelang Nataru

Omicron

 

Oleh : Dwi Cahya Alfarizi )*

Saat ini, telah ditemukan subvarian baru dari virus Covid-19 yakni subvarian BN.1. Pemerintah mengantisipasi agar tidak terjadi serangan corona gelombang keempat. Masyarakat jugta diminta untuk lebih waspada karena virus hasil mutasi ditengarai lebih ganas. Tetaplah disiplin dalam menaati protokol kesehatan. Apalagi jelang natal dan tahun baru (Nataru) saat banyak keramaian di jalan. Tetaplah waspada di akhir tahun agar tak jadi pasien berikutnya.

Di akhir tahun ada liburan natal dan tahun baru yang wajib diwaspadai oleh masyarakat. Penyebabnya karena ada potensi kenaikan jumlah pasien corona. Memang, pandemi yang diakibatkan oleh virus Covid-19 berlangsung sejak awal tahun 2020, tetapi belum dinyatakan selesai oleh WHO sampai akhir tahun 2022 ini.

Berbagai cara dilakukan agar penyakit ini tidak menular dan tidak menyebabkan lonjakan pasien, terutama di akhir tahun. Namun permasalahan belum selesai karena cakupan vaksinasi di Indonesia belum 100% dan muncul subvarian baru dari corona varian Omicron. Subvarian baru corona Omicron diberi nama BN.1

Dikhawatirkan subvarian ini akan menyebar luas di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sudah ada 20 pasien corona subvarian BN.1. Dalam artian, virus yang bermutasi sangat berbahaya karena rata-rata lebih ganas dan seluruh warga dunia harus mewaspadai subvarian BN.1 ini. Pandemi belum selesai dan masyarakat tidak boleh menurunkan level kewaspadaan.

Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan, dokter Siti Nadia Tarmidzi, menyatakan bahwa kenaikan kasus corona selalu terjadi saat ada varian atau subvarian baru. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan terus memantau agar tidak ada lonjakan pasien corona gara-gara subvarian BN.1. Apalagi jelang libur natal dan tahun baru.

Pemerintah terus mengantisipasi kenaikan kasus corona yang bisa terjadi karena 2 faktor: yakni mutasi corona menjadi subvarian BN.1. Virus hasil mutasi rata-rata lebih menular. Kemudian, di akhir tahun, ada potensi kenaikan jumlah pasien corona. Penyebabnya karena banyak yang datang ke event untuk merayakan liburan akhir tahun, atau traveling ke luar kota.

Masyarakat paham bahwa setelah liburan tahun baru selalu ada kenaikan jumlah pasien corona. Penyebabnya karena banyak yang keluar rumah dan menyebabkan mobilitas massal. Kemudian, sudah banyak yang melanggar protokol kesehatan, terutama pakai masker. Pemerintah mengantisipasi agar tidak ada kenaikan jumlah pasien corona dengan mengkampayekan kembali pentingnya protokol kesehatan.

Jelang libur natal dan tahun baru, kebanyakan orang pakai masker tetapi sayang posisinya kurang pas karena melorot dan tak menutupi hidung dan mulut, padahal fungsi masker adalah melindungi 2 organ tersebut. Ada lagi yang memakai masker hanya dalam perjalanan tetapi sampai kantor malah dilepas. Padahal bisa jadi ada klaster perkantoran karena sudah 100% work from office sehingga susah untuk menjaga jarak.

Tetaplah pakai masker dan jangan dilepas saat di luar rumah. Bahkan kita disarankan untuk memakai masker ganda oleh WHO, yakni masker sekali pakai yang dilapisi oleh masker kain. Cara ini akan meningkatkan filtrasi udara sehingga bisa meminimalisir penularan corona. Pemakaian masker juga maksimal 4 jam saja sehingga wajib membawa masker cadangan. Masker sangat penting untuk mencegah penularan subvarian BN.1.

Protokol kesehatan jaga jarak juga sering dilanggar oleh masyarakat karena sudah banyak yang mengadakan pesta pernikahan dengan mengundang ratusan, bahkan ribuan tamu. Di akhir tahun ada libur Nataru sehingga dimanfaatkan untuk berpesta. Padahal kita tidak tahu siapa di antara tamu yang berstatus OTG, terutama yang membawa droplet corona subvarian BN.1, sehingga lebih baik skip undangan saja.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyatakan bahwa seharusnya ada mitigasi menjelang libur natal dan tahun baru (Nataru). Namun saat tak ada mitigasi maka berbahaya karena bisa menaikkan kasus corona di Indonesia. Terutama pasien yang kena subvarian BN.1.

Dalam artian, pencegahan penularan corona dan mitigasi jelang libur tahun baru harus dilakukan. Pemerintah sudah menerapkan PPKM sampai 9 Januari 2023. Diharap dengan PPKM maka masyarakat lebih tertib dalam berkegiatan di luar rumah. Memang PPKM-nya tidak seketat tahun lalu dan tak ada penyekatan. Namun masyarakat diharap sadar diri dan mengurangi mobilitas di luar ruangan.

Saat libur tahun baru, untuk antisipasi maka masyarakat diharap lebih kalem. Jangan terlalu euforia dengan aturan PPKM yang sedikit dilonggarkan, lalu traveling tiada henti tanpa menaati protokol kesehatan. Jika tidak vaksin dan sering bepergian tanpa masker maka berpotensi besar tertular corona subvarian BN.1.

Pemerintah terus mengantisipasi kenaikan kasus corona di Indonesia, terutama varian Omicron subvarian BN.1. Virus hasil mutasi selalu lebih menular dan masyarakat diminta untuk lebih waspada, agar tidak ada lonjakan pasien di Indonesia. Tetaplah mematuhi protokol kesehatan dan vaksin lengkap agar tidak tertular dari corona varian apa saja.

 

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute